Dampak Pernikahan Dini
Belakangan ini banyak sekali terjadi kasus pernikahan dini yaitu masih dibilang belum cukup matang dalam pernikahan. Kali ini BAU MEDIS akan membahas tentang dampak dari pernikahan dini. Sebelumnya BAU MEDIS membahasa tentang Gangguang Siklus Menstruasi. Simak terus artikelnya baca sampai selesai dan jangan lupa share ke sosial media kalau artikel ini bermanfaat.
Pernikahan dini menyebabkan kerentanan perempuan yang mengarah pada kurangnya pengaturan kesuburan sebelum melahirkan anak pertama dan kembalinya kesuburan, serta rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan ibu. Sehingga, keluarga dan masyarakat sangat berperan dalam mencegah praktek pernikahan dini pada anak (antara umur 9-12 tahun).
Penelitian ini menargetkan wanita yang menikah di usia dini, dan keluarga mereka. Sehingga hasil penelitian dapat memberikan wawasan mendalam tentang efek pernikahan dini di berbagai dimensi kesehatan reproduksi, dan memberikan informasi yang menarik untuk mereka yang bertanggung jawab pada pengelolaan dan pengawasan terjadinya pernikahan dini pada masyarakat.
Secara umum, tidak ada perbedaan penggunaan pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan usia ibu. Dikarenakan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam konteks Asia Selatan, pernikahan dini secara signifikan berhubungan dengan kurangnya kesuburan, penggunaan kontrasepsi yang lebih rendah di awal pernikahan, dan penggunaan perawatan kesehatan ibu yang tidak memadai.
Hasil studi lain juga menunjukkan bahwa pernikahan dini secara signifikan terkait dengan riwayat persalinan dengan jarak terlalu dekat, penggunaan kontrasepsi modern saat ini, sterilisasi wanita, tidak menggunakan kontrasepsi sebelum melahirkan pertama kali, penghentian kehamilan, kehamilan yang tidak diinginkan, dan Penggunaan pelayanan kesehatan ibu yang tidak memadai.
Selain itu, terdapat hubungan negatif antara perempuan yang menikah pada usia remaja awal atau masa anak anak dengan penggunaan pelayanan kesehatan ibu (Kunjungan ANC, persalinan oleh tenaga terampil, dan pelayanan rujukan) memiliki kecenderungan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang menikah di remaja tengah1.
Penggunaan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang rendah dapat digambarkan dari di lima negara dari 15 negara, penggunaaan perawatan antenatal atau pelayanan persalinan, atau keduanya pada wanita berusia ≤ 18 tahun dibandingkan wanita berusia 19-23 tahun (rasio odds, 0,5-0,9). Begitu juga, di enam Negara, ibu dengan usia muda kurang memanfaatkan pelayanan imunisasi pada bayi mereka, terutama untuk difteri, pertusis dan tetanus dan campak mungkin dibandingkan ibu dengan usia yang lebih tua (0,5-0,8).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar ada hubungan usia ibu dan Penggunaan pelayanan kesehatan ibu di Bangladesh, India, Indonesia, Nikaragua, Peru dan Uganda. Di Amerika Latin, pengendalian paritas disesuaikan dengan perbedaan antara remaja dan wanita yang lebih tua. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian khusus pada semua negara di Asia untuk lebih memahami alasan perbedaan dalam layanan berdasarkan usia3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara Riwayat pernikahan ibu anak dan bayi dan anak diare, malnutrisi (kerdil, wasted, underweight), BBLR, dengan kematian.
Dimana hasil analisisnya yang tetap signifikan saat disesuaikan, stunting (rasio odds disesuaikan 1,22, 95% CI 1,12-1,33) dan underweight (1,24, 1,14 untuk 1,36)2. Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian tersebut yaitu pernikahan dini pada anak kemungkinan sebagai penanda untuk kerentanan ibu yang membahayakan kesehatan bayi dan anak-anak; termasuk usia dini saat melahirkan, pendidikan rendah pada ibu, dan gizi kurang pada ibu (BMI rendah). Sehingga ibu muda dan kerentanan sosial dan ekonomi berpengaruh terhadap kesehatan anak.
Oleh karena itu, upaya untuk mengurangi pernikahan dini, menunda melahirkan bagi mereka yang menikah di bawah umur, dan dukungan nutrisi sangat penting dalam mengembangkan kesehatan dan mengurangi angka kematian bayi dan anak-anak di India1. Sehingga Ibu yang menikah dibawah umur memiliki resiko sebesar 1.55 kali lipat untuk meningkatkan kejadian kematian pada bayi dan anak dibandingkan dengan Ibu yang menikah pada umur mayoritas.
Hal itu dapat disimpulkan bahwa risiko malnutrisi lebih tinggi pada anak yang lahir dari ibu yang menikah di bawah umur dibandingkan pada mereka yang lahir dari ibu yang menikah di usia mayoritas2.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Godha D, Ph D, Hotchkiss DR, Ph D, Gage AJ, Ph D. Association Between Child Marriage and Reproductive Health Outcomes and Service Utilization : A Multi-Country Study From South Asia. J Adolesc Heal [Internet]. Elsevier Ltd; 2013;52(5):552–8. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jadohealth.2013.01.021
2. Raj A, Saggurti N, Winter M, Labonte A, Decker MR, Balaiah D, et al. The effect of maternal child marriage on morbidity and.
3. Reynolds BHW, Wong EL, Reynolds HW. Adolescents Use of Maternal and Child Health Services In Developing Countries.
Comments
Post a Comment